Pemilu DKI , apakah benar server KPU di retas ?

Pemilu DKI , apakah benar server KPU di retas ?

Beberapa waktu ini daya tarik pemilu DKI sangat tinggi , terlebih saat puncaknya yaitu hari pencoblosan 15 Februari 2017, banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang mengundang perhatian publik dibidang IT dari mulai penyebaran Hoax yang menjadi viral didunia maya khususnya sosial media hingga berita peretasan Server KPU oleh Hacker atau penyusup , bahkan penyusup asing atau luar negeri.

Menurut Alfons Tanujaya, pendiri perusahaan keamanan jaringan Vaksincom, salah satu hoax yang marak disebar pasca-pencoblosan adalah soal situs KPU yang diretas hacker.
dan banyak beberapa berita peretasan sever KPU ini malah di ubah isinya sehingga menyudutkan pihak tertentu disosial media.

Faktanya,memang KPU DKI jakarta KPU DKI Jakarta mengatakan, ada pihak-pihak tertentu yang berupaya meretas server dan laman Sistem Informasi Penghitungan Suara. Meski begitu, KPU mampu atau berhasil menahan serangan yang terjadi.

Nah, informasi yang beredar di lini masa berbeda dari isi berita itu. Sambil tetap melampirkan berita tersebut, informasi di bagian caption justru dicurigai bahwa para peretas berhasil membuat suara salah satu paslon melonjak. Tentunya, kabar ini tidak benar karena KPU DKI Jakarta sudah menegaskan berhasil menahan serangan itu.

Informasi PMB Pendaftaran Online Login Pendaftar
  Chat Kami via WhatsApp  

Masih menurut Alfons, bentuk hoax lainnya ada di artikel “Server KPU di Hacker”. Isi artikel mempertanyakan cyber crime, Kemenkominfo, dan Badan Intelijen Negara. Namun, tata bahasa yang digunakan berantakan dan penuh dengan kesalahan ketik, seperti Kemenkominfo ditulis “kemeneninfo”, intelijen ditulis “intelejen”, dan banyak typo lainnya.

imandiri.id

Hal yang memprihatinkan adalah, meskipun isi posting tidak berlandaskan fakta dan data yang akurat, tetapi sampai artikel ini dibuat, posting hoax tersebut telah di-share lebih dari 4.300 kali.

Tidak semuanya “hoax”
Walaupun kebanyakan berita soal peretasan kurang tepat, masih ada kabar yang tepat. Salah satunya peretasan situs web milik KPU Kota Yogayakarta. Peretasan diketahui terjadi sesaat sebelum pilkada dimulai.

Situs web KPUD Yogyakarta diretas oleh kelompok hacker yang menamakan diri Gadjah Mada Clown Hacktivism Team.

Mereka mengubah tampilan laman www.kpu-jogjakota.go.id dengan warna hitam dan gambar badut. Peretas juga membuat pesan bertuliskan “Permisi pak/buk mau nanya? Bukannya Jogja dipimpin sama Sultan ya? Kan gak ada pemilu dong. Jadi gunanya KPU buat apaan ya pak/ buk?“.

“Video hacking”

Selain menggunakan posting dengan gambar, pembuat hoax juga cukup kreatif dan juga membuat video bagaimana hacking di server KPU terjadi.

Pembuat video ini cukup cerdik memberikan alamat situs asli KPU sebagai contoh simulasi, jadi seakan-akan situs KPU ini dengan mudah bisa diretas.

Bagi orang awam komputer, video tersebut akan terlihat sangat meyakinkan seakan-akan data di server KPU telah berhasil diubah.

Namun, bagi praktisi yang mengerti TI, hal tersebut menjadi tertawaan, seperti pada komentar yang dituliskan oleh pengguna Facebook lain. Pasalnya, perubahan data dilakukan “hanya” pada komputer lokal (client side) yang memang mudah saja diubah dengan perintah “inspect element” pada peramban, tidak beda dengan mengedit ketikan di MS Word.

Seharusnya video hacking kalau memang benar dilakukan oleh Anonymous (seperti yang diklaim pemilik akun Facebook tersebut) adalah bagaimana cara mengambil alih atau mengubah data di server database KPU dan bukan mengubah data di komputernya sendiri dengan inspect element.

Sumber : Kompas,vaksincom

http://stmik-im.ac.id/

http://www.stan-im.ac.id/


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.