Peneliti Perempuan Terus Meningkat

Peneliti Perempuan Terus Meningkat

Menjelang peringatan Hari Kartini 21 April, Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) mendorong peneliti perempuan menjadi agen perubahan bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset di Indonesia. Para peneliti perempuan juga diharapkan semakin berkontribusi melalui riset-riset yang solutif, serta mengembangkan pengetahuan untuk kelangsungan hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

“Selain menjadi peringatan atas jasa R.A. Kartini, momentum Hari Kartini tahun ini juga menegaskan kembali kiprah nyata peran perempuan masa kini dalam mengarusutamakan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan bangsa serta peran sebagai istri dan ibu,” jelas Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, dalam Diskusi Publik bertema “Kartini Indonesia dan Ilmu Pengetahuan”, Museum Sejarah Alam Indonesia, Bogor, Kamis, 18 April 2019.

Menurut Enny, minat kaum perempuan untuk menjadi peneliti terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun lalu misalnya, jumlah peneliti perempuan LIPI sekitat 40 persen dari total 1.500 peneliti LIPI. “Mungkin sekarang jumlahnya sudah mendekati 50 persen, bahkan ada beberapa bidang penelitian yang banyak peneliti perempuannya,” ungkap Enny. 

Pembinaan terhadap peneliti perempuan juga diperlakukan sama dengan peneliti pria agar semuanya dapat melakukan penelitian yang dapat menjadi solusi bagi persoalan bangsa. Ia menegaskan, bahwa setiap penelitian didorong agar dapat dihilirisasi.
 
“Jadi sejak awal rekrutmen sudah harus tahu arahnya, tahu apa yang akan dilakukan. Penelitian harus berorientasi menyelesaikan persoalan bangsa, bukan hanya sekadar interest pribadinya, seperti membuat buku dan jurnal saja,” ungkap Enny.
  
Sekretaris Utama LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas menambahkan, LIPI memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa lewat ilmu pengetahuan. Kegiatan diskusi publik yang digelar ini juga menghadirkan Kartini-Kartini LIPI yang karyanya menginspirasi para perempuan Indonesia untuk maju dan mengambil peran penting dalam ilmu pengetahuan.
 
Salah satu peneliti perempuan yang hadir dalam diskusi tersebut adalah Myrtha Karina Sancoyorini. Profesor Riset yang merupakan peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI.
 
Myrtha mengkaji lignoselulosa untuk bahan yang ramah lingkungan, salah satunya bioplastik dari limbah fermentasi air kelapa. “Dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku sehingga sangat sesuai untuk plastik yang bersifat kaku. Untuk aplikasi yang memerlukan elastisitas tinggi dan transparan, nata dapat di rekayasa menggunakan modifier,” jelas Myrtha.
 
Djunijanti Peggie, Peneliti Sistematika Kupu-kupu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengajak masyarakat mengenali tentang dunia kupu-kupu dalam perspektif yang berbeda. “Kita dapat belajar berbagai hal dari kupu-kupu. Dari hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan, dapat terjadi ternyata sungguh dialami oleh kupu-kupu,” ungkap Peggie yang merupakan doktor kupu-kupu pertama di Indonesia lulusan Cornell University, Amerika Serikat.
 
Peneliti lain juga hadir dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Sri Yudawati Cahyarini, yang fokus meneliti di bidang perubahan iklim melalui bidang paleoclimate. “Paleoclimate penting untuk semakin memahami fenomena iklim melalui pengetahuan kondisi iklim di masa lampau lewat data parameter iklim dalam waktu yang panjang dan tidak terjangkau oleh data pengukuran,” jelas Yudawati.
 
Untuk mendapatkan data-data tersebut, dirinya melakukan penelitian arsip-arsip iklim seperti koral, sedimen laut dan danau. Sedangkan narasumber terakhir lain yang hadir adalah Anne Kusumawaty, ilustrator Botani dari Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI.
 
Menurutnya, ilustrasi botani memegang peran penting untuk menjelaskan tentang spesifikasi botani. “Ilustrasi adalah bagian dari Botani yang sangat penting seiring perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengungkap karakter tumbuhan yang diperlukan”, jelas Anne yang karyanya baru-baru ini dipamerkan dalam ajang Margaret Flockton Award Exhibition 2019 yang diselenggarakan oleh The Royal Botanic Garden Sydney, Australia. [dEe]


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.