Terpuruknya Merk Genteng Jatiwangi Majalengka
Komoditas genteng sumpama Jatiwangi, Kabupaten Majalengka semenjak terpuruk. Kalian pengusaha genteng Jatiwangi mengaku setelah munculnya Merk-komoditas hangat yg menggantikan fungsi genteng, mengakibatkan komoditas kalian dari tersisih beserta omzet turun.
“Kebijakan pemerintah waktu ini yg menciptakan industri genteng turun, lantaran pembangunan rusun enggak lagi pakai genteng, tetapi dicor,” kata pemilik pabrik genteng (jebor) Sinar Jaya, Ajie pada Majalengka, Sabtu, sembilan September 2017, serupa dilansir Kantor Informasi Antara.
Ia mengungkapkan, perajin butuh keberpihakan mulai pemerintah. Andaikan, industri properti dapat mendayagunakan genteng, bukan skandal, dicor atau juga asbes. Berdasarkan Aji, keterpurukan industri genteng masa ini pula dipengaruhi oleh “suplay and demand” yg tak seimbang.
“Permintaan turun hingga 80 persen, sedang jebor lantas memproduksi genteng sampai-sampai stok kita numpuk,” tuturnya.
Ingin gulung tikar
Tidakpermanen itu, pelaku usaha lainnya, Ila menambahkan, bersama kondisi serupa ini sebenarnya mereka pelaku usaha genteng ingin tutup, karna bahan baku yg lalu naik harganya.
Selain itu pula disulitkan dan menginginkan perajin beserta kurangnya keberpihakan sejak pemerintah, untuk menjadi alasan para ingin menutup usahanya.
“Jebor masa ini tinggal mempertahankan pabrik warisan bermula publik tua dengan buruh pabrik, satu jebor menghidupi 40 sampai 50 perajin,” katanya.
Berdasarkan Ila, waktu ini pabrik genteng pada Jatiwangi Majalengka tersisa 150 jebor, sedang pada tahun 1992, jumlah pabrik genteng mencapai 630 jebor.
Ini diakibatkan pasar yg lesu bersama sebagian gedhe sedari para alhasil gulung tikar. “Industri genteng menghadapi pesaing umpama genteng spandex, yakni genteng memiliki Bahan metal, ditambah industri garmen sejak Korea yg tumbuh pada Majalengka mengambil kalian pekerja perempuan pada pabrik genteng